Senin, 10 Juni 2013

HAKIKAT MANUSIA

HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT

Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut antropologi filsafat. Dalam hal ini, ada 4 aliran yang akan dibahas:
1.    Aliran serba-zat
Aliran ini mengatakan yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Alam ini adalah zat attau materi dan manusia adalah unsur dari alam. Maka dari itu, manusia adalah zat atau materi.
2.    Aliran serba-ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini ialah ruh. Sementara zat adalah manifestasi dari ruh.[1]
3.    Aliran dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi, yaitu jasmani dan ruhani.
4.    Aliran eksistensialisme
Aliran filsafat modern berpandangan bahwa hakikat manusia merupakan eksistensi dari manusia.
Filsafat berpandangan bahwa hakikat manusia itu berkaitan antara badan dan ruh. Islam secara tegas mengatakan bahwa badan dan ruh adalah substansi alam, sedangkan alam adalah makhluk dan keduanya diciptakan oleh Allah. Dalam hal ini, dijelaskan bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan manusia menurut hukum alam material. Menurut Islam, manusia terdiri dari substansi materi dari bumi dan ruh yang berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, hakikat manusia adalah ruh sedangkan jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh semata. Tanpa kedua substansi tersebut tidak dapat dikatakan manusia.
Terkait dengan hakikat manusia tersebut, Poespoprodjo mengemukakan bahwa:
1)   Hakikat manusia haruslah diambil secara integral dari seluruh bagiannya; bagian esensial manusia, baik yang metafisis (animalitas dan rasionalitas) maupun fisik (badan dan jiwa). Manusia wajib menguasai hakikatnya yang kompleks dan mengendalikan bagian-bagian tersebut agar bekerja secara harmonis.
2)   Hakikat manusia harus diambil dari seluruh nisbahnya; tidak hanya keselarasan batin antara bagian-bagian dan kemampuan-kemampuan yang membuat manusia itu snediri, tetapi juga keselarasan antara manusia dengan lingkungannya.
Memang keberadaan manusia di muka bumi adalah suatu yang menarik. Selain manusia selalu menjadi pokok permasalahan, ia juga dapat melihat bahwa segala peristiwa dan masalah apa pun yang terjadi di dunia ini pada akhirnya berhubungan dengan manusia. Oleh karena itu, dalam usaha mempelajari hakikat manusia diperlukan pemikiran yang filosofis.[2]
Maka, manusia merupakan makhluk sosial. Manusia itu pada dasarnya tak hanya “koeksistens” melainkan juga “kooperans”. Koeksistensi dan kooperasi adalah unsur yang esensial dalam hidup manusia. Inilah salah satu dimensi fundamental dari kehidupan manusia. Struktur manusia itu dalam segala tindakannya selalu membutuhkan sesama. Namun tak dapat dilupakan bahwa manusia selain berdimensi horizontal (hubungan sesama manusia), dia juga berdimensi vertikal (hubungan dengan Tuhan; Sang Khaliq).[3]
Sifat kodrat manusia adalah hakikat manusia pula, yakni sebagai diri bersifat pribadi perseorangan dan sekaligus bersifat pribadi hiduup bersama atau makhluk sosial. Notonagoro mengatakan, di samping hidup sendiri, manusia hidupnya selalu berhubungan dengan manusia yang lain. Dan secara garis besar, manusia memiliki 3 unsur jiwa, yaitu:
1)   Berpikir, untuk memenuhi hasrat memperoleh pengetahuan guna mencapai kebenaran dan kenyataan
2)   Berasa, untuk memenuhi hasrat memperoleh nilai seni dalam arti luas guna mencapai keindahan
3)   Kehendak, untuk memenuhi hasrat memperoleh hal-hal yang baik dan untuk mencapai kebaikan.[4]


[1] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat, dan Pendidikan), (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 129-130
[2] Jalaluddin dan Abdullah Idi,.... hlm. 130-131
[3] Dick Hartoko, Memanusiakan Manusia Muda (Tinjauan Pendidikan Humaniora), (Jakarta: Kanisius, 1985), hal. 25
[4] Moh. Erfan Soebahar, Manusia Seutuhnya (Suatu Kajian Kritis dengan Pendekatan Eksegisis), (Semarang: CV Bima Sejati, 2000), hal. 53-54

Tidak ada komentar:

Posting Komentar